Ringkasan Berita:
  • Perajin miniatur asal Jombang mampu menghasilkan karya dari bahan-bahan bekas dan limbah tetapi bernilai jutaan.
  • Ide kreatif muncul saat pandemi Covid-19 dengan memakai limbah sekitar rumah menjadi miniatur kapal, bangunan, diorama, ornamen.
  • Karya perajin Jombang ini sudah menembus pasar internasional dalam bentuk miniatur atau diorama tiga dimensi.

 

SURYA.CO.ID, JOMBANG - Karya besar tidak selalu dibangun dari bahan besar pula, ada pula dari bahan sederhana namun terkonstruksi dari ide yang hebat.

Itu diwujudkan Catra Hermawan, perajin diorama tiga dimensi (3D) asal Jombang yang karyanya sudah diakui sampai luar negeri.

Di rumahnya di Dusun Mojojejer, Kecamatan Mojowarno, Kabupaten Jombang, Kamis (27/11/2027), Catra menyambut tamunya dengan bangunan sederhana dipenuhi tumpukan karton, gabus, hingga stik es krim. 

Tempat itulah yang menjadi pusat kreativitas Catra (38) yang awalnya tidak pernah membayangkan bahwa hobi lamanya akan berkembang sejauh ini.

Dorongan untuk kembali berkarya justru muncul ketika pandemi Covid-19 membuatnya terancam kehilangan pekerjaan. 

Ketika rasa waswas menghampiri, ia memilih menghabiskan waktu dengan berbagai bahan bekas yang mudah ditemui di sekitar rumah.

"Limbah-limbah itu saya lihat berserakan dan kurang termanfaatkan. Dari situ saya coba kembangkan jadi produk yang bernilai," kata Catra kepada SURYA.

Berawal dari eksperimen kecil, Catra mulai merancang berbagai miniatur. Bahan yang digunakan sebagian besar berasal dari sisa barang rumah tangga, seperti stereofoam bekas alat elektronik, kertas karton, hingga potongan kayu kecil. 

Dari tangan kreatifnya, limbah tersebut menjelma menjadi miniatur kapal, diorama bertema sejarah, ornamen kaligrafi, hingga lampion dekoratif.

Setiap karya melalui proses yang panjang. Ia biasanya menelusuri berbagai referensi melalui media sosial, terutama ketika menerima pesanan khusus. 

Tema yang diminta pelanggan pun beragam, mulai dari kerajaan Majapahit hingga era abad pertengahan Eropa.

Untuk pengiriman internasional, Catra harus menyesuaikan bahan agar aman dan lolos standar bea cukai, termasuk menghindari penggunaan material yang mudah terbakar.

Durasi pengerjaan pun beragam. Ada yang dapat selesai dalam hitungan hari, tetapi beberapa proyek berukuran besar dan penuh detil memerlukan waktu bertahun-tahun. Catra bahkan pernah menyelesaikan satu karya setelah tiga tahun proses kreatif.

Meski begitu, ia mengaku menghadapi tantangan dalam mendapatkan bahan baku. "Stereofoam bekas lumayan sulit ditemukan, sehingga saya harus membeli dari warga yang masih menyimpannya," katanya.

Pesanan datang tidak hanya dari dalam negeri. Karya Catra telah digunakan untuk pajangan interior, media edukasi, promosi properti, hingga mendukung produksi film dari luar negeri. 

Rentang harga produknya menyesuaikan ukuran dan tingkat kerumitan. Untuk karya kecil dipatok sekitar Rp 200.000 hingga Rp 500.000, dan untuk ukuran lebih besar mencapai Rp1 juta hingga Rp 2 juta. 

Karya dengan detail tinggi bisa menembus harga Rp 5 juta bahkan Rp 10 juta. Pendapatannya juga bervariasi.

Dalam masa ramai pesanan, ia mampu meraup penghasilan Rp 20 juta hingga Rp 25 juta per bulan. "Sementara ketika dapat proyek internasional, pemasukan bisa melonjak hingga Rp 80 juta," ungkapnya. 

Dari desa kecil di Jombang, Catra berhasil menunjukkan bahwa limbah pun bisa menjadi karya bernilai ekonomi tinggi apabila dikelola dengan imajinasi dan ketekunan. 

Keinginannya untuk terus berkarya menjadi bukti bahwa peluang bisa muncul dari hal-hal sederhana di sekitar. "Selama ada kemauan, In Syaa Allah selalu ada jalan," pungkasnya. *****

 

Contact to : [email protected]


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.