Ringkasan Berita:
  • DLH Kediri mempercepat pembangunan Taman Kali Paron di tengah ancaman hujan yang sering turun.
  • Taman Kali Paron dilengkapi bola dunia raksasa yang diberi ornamen mirip selendang dengan torehan aksara Jawa.
  • DLH berharap Taman Kali Paron tidak sekadar destinasi wisata tetapi objek wisata sejarah agar masyarakat mengenali sejarah Kerajaan Kediri.

 

SURYA.CO.ID, KEDIRI - Pembangunan Taman Pinggir Kali Paron di Kabupaten Kediri kian mendekati garis akhir.

Dengan progress yang telah mencapai 91 persen, Dinas Lingkungan Hidup (DLH) terus memaksimalkan penyelesaian meski cuaca hujan sempat menjadi kendala beberapa pekan terakhir.

Namun, di balik geliat pembangunan itu, perhatian warga justru tertuju pada ikon baru yang berdiri mencolok di tengah area taman. Yakni sebuah bola dunia raksasa yang memuat narasi sejarah perjalanan Kerajaan Kediri.

Kepala DLH Kabupaten Kediri, Putut Agung Subekti mengungkapkan bahwa bola raksasa tersebut bukan ornamen baru, melainkan elemen lama yang sebelumnya dipasang di pertigaan Tepus. 

DLH kemudian merelokasi dan menata ulang ornamen itu agar memiliki konsep yang lebih relevan dan bernilai budaya.

"Bola ini bukan baru, tetapi kita beri identitas baru. Kita ingin menghadirkan konsep Kediri Berbudaya sehingga ornamennya tidak sekadar dekorasi, tapi membawa makna," jelas Putut, Kamis (27/11/2025).

Bola berukuran besar itu kini memiliki dua elemen tematik yakni peta Kabupaten Kediri dan selendang panjang beraksara Jawa. 

Pada selendang tersebut, tertera rangkuman sejarah Kediri sejak masa Raja Airlangga terkait peristiwa pembagian kerajaan menjadi Jenggala dan Panjalu oleh Empu Bharada, hingga penyebutan Kediri dalam prasasti-prasasti kuno seperti Mahaksubya, Negarakertagama dan Calon Arang.

Konsep naratif ini, kata Putut, terinspirasi dari kekayaan prasasti Harinjing yang memadukan unsur seni dan edukasi sejarah.

Teks aksara Jawa yang melekat pada selendang itu memuat cerita perjalanan Kediri secara padat namun historis. 

Dalam terjemahannya, diceritakan bahwa Kerajaan Kediri berawal dari kebijakan Airlangga pada tahun 1041 Masehi yang membagi wilayah kekuasaannya demi mencegah konflik pewaris.

Dari keputusan itu lahirlah Jenggala dan Panjalu, cikal bakal Kediri yang wilayahnya tercatat dalam berbagai prasasti kuno.

Wisata Edukasi Sejarah

Tak hanya memuat narasi sejarah, bola raksasa tersebut juga menjadi simbol kebanggaan baru sebuah representasi bahwa ruang publik tidak hanya berfungsi estetis, tetapi juga edukatif.

"Kami ingin masyarakat yang datang tidak hanya menikmati suasana taman, tetapi juga pulang dengan pengetahuan baru tentang Kediri," tambah Putut.

Selain ikon budaya itu, pembangunan taman kini tengah dalam tahap penyelesaian pemasangan lampu taman. 

Tercatat ada 33 titik lampu di sisi Utara dan 30 titik di sisi Selatan, dengan jarak antar titik sekitar 14 meter. Jika seluruh lampu telah menyala, kawasan ini akan tampil lebih hidup, terutama pada malam hari.

Menurut Putut, kendala cuaca hujan menjadi tantangan dalam percepatan proyek. Namun tim lapangan tetap mengejar target dengan bekerja fleksibel dan memasang tenda pelindung agar pekerjaan tidak tertunda.

"Kalau cuacanya cerah sore hari, pekerjaan kita lanjutkan. Tenda juga kita siapkan untuk mengantisipasi perubahan cuaca," papar Putut.

Dengan total anggaran Rp 2,29 miliar termasuk PPN, DLH optimistis pembangunan Taman Pinggir Kali Paron dapat selesai tepat waktu. 

Ke depan, kawasan ini juga direncanakan terintegrasi dengan koridor Soekarno-Hatta, meski memerlukan koordinasi lintas dinas karena area tersebut berada pada zona industri. *****

 

Contact to : [email protected]


Privacy Agreement

Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.