Tangis Toni di Laut Selat Bali: 5 Jam Peluk Jasad Ayah Usai KMP TPJ Tenggelam
TRIBUNJATENG.COM – Eka Toniansah, pemuda asal Banyuwangi, mengalami momen paling memilukan dalam hidupnya.
Setelah kapal KMP Tunu Pratama Jaya tenggelam di Selat Bali pada 2 Juli 2025, Toni bertahan hidup dengan satu pelampung sambil memeluk jasad ayahnya yang telah meninggal.
Lima jam lamanya ia mengapung di laut tanpa bantuan.
Tragedi itu terjadi saat Toni dan ayahnya, Eko Sastrio (51), tengah dalam perjalanan kerja mengirim semen ke Bali menggunakan truk tronton. Toni, yang sehari-hari menjadi kernet untuk ayahnya, tidak pernah membayangkan bahwa pelayaran rutin mereka berubah menjadi petaka.
“Pas kejadian 1 jam 2 jam, tak ada bantuan kapal sama sekali,” tutur Toni saat dikonfirmasi, Sabtu (5/7/2025).
Toni menjelaskan bahwa sebelum kapal karam, seluruh penumpang panik dan berlarian mencari pelampung, terlebih ketika mesin kapal mati dan kapal mulai miring ke kanan diterjang ombak besar.
Ia bersama sang ayah juga ikut panik dan berusaha menyelamatkan diri.
“Kapal pertama diam, terombang-ambing, kemudian orang-orang panik. Akhirnya sempat miring. Tak lama miring, selang 3 menitan, langsung tenggelam. Mesin mati,” jelasnya.
Ia bersyukur bisa menemukan dua pelampung di ruang penumpang.
Bersama ayahnya yang sudah memakai pelampung, mereka sempat berpegangan pada besi di pinggiran kapal.
Saat kapal tenggelam, keduanya ikut terseret, namun Toni berhasil mengapung kembali.
“Sekitar 5 detik-an naik ke atas,” jelasnya.
Toni melihat banyak penumpang lain yang menangis dan menjerit minta tolong. Namun, ia memilih pasrah.
“Saya tak begitu panik, ya pasrah, gimana lagi,” urainya.
Awalnya, Toni dan sang ayah yang sama-sama tak bisa berenang masih bertahan di atas permukaan laut. Namun kondisi ayahnya melemah.
“Kondisi bapak lemas, sempat masih hidup,” jelasnya.
Saat ayahnya meninggal, Toni tetap memeluk jasadnya sambil terus mengapung. Tak ada kapal yang melintas, dan ia hanya bisa mengikuti arus.
“Pas kejadian 1 jam 2 jam, tak ada bantuan kapal sama sekali,” terangnya.
Sekitar lima jam kemudian, Toni melihat perahu nelayan mendekat. Ia pun berteriak-teriak meminta pertolongan.
“Teriak-teriak minta tolong,” jelasnya.
Setibanya di darat, Toni langsung meminta warga menghubungi keluarganya untuk memberi kabar bahwa ia selamat.
Meski selamat dari maut, duka mendalam jelas tergambar dari wajahnya, kehilangan sosok ayah yang selama ini menemaninya dalam perjalanan hidup dan kerja.
(*)
Contact to : [email protected]
Copyright © boyuanhulian 2020 - 2023. All Right Reserved.